Putri Ong Tien
Yayat Suratmo
Published 12/15/2010 - 1:59 a.m. GMT
Putri Ong Tien adalah istri dari Syarif Hidayatullah yang tiada lain Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali di tanah Jawa. Ia merupakan putri Tiongkok anak Kaisar Hong Gie dari masa Dinasti Ming.
Bagi masyarakat Islam Jawa, cerita tentang putri Ong Tien sudah dikenal sejak lama. Bahkan makamnya yang bersebelahan dengan makam Sunan Gunung Jati di Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, masih sering diziarahi hingga kini.
Sebagai seorang putri dari negeri yang besar, masuknya Putri Ong Tien ke dalam Islam tak pelak memberi warna tersendiri dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Barat.
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Ong Tien untuk pertama kalinya bertemu dengan Syarif Hidayatullah di istana kerajaan Tiongkok. Ketika itu Syarif Hidayattullah memang sedang berada di Tiongkok. Di sana ia menjadi seorang tabib sekaligus berdakwah menyiarkan Islam.
Karena banyak orang berhasil disembuhkan Syarif Hidayatullah, Kaisar Hong Gie yang tak lain ayah Putri Ong Tien, mengundangnya ke Istana. Dalam perjumpaan pertama itu, Putri Ong Tien langsung kagum akan kepandaian Syarif Hidayatullah.
Maka ketika Syarif Hidayatullah kembali ke tanah Jawa, Putri Ong Tien minta ijin kepada ayahnya untuk menyusul. Kaisar Hong Gie menyetujuinya dan memberikan sejumlah bekal serta tiga pengawal yang salah satunya bernama Pai Li Bang. Pai Li Bang adalah murid Syarif Hidyatullah selama menjadi tabib di Tiongkok.
Sebuah versi menceritakan, bahwa rombongan putri Ong Tien sempat singgah ke kerajaan Sriwijaya. Oleh masyarakat Sriwijaya, Pai Li Bang ini selanjutnya menjadi Adipati. Konon nama Pai Li Bang kemudian menjadi nama Kota Palembang sekarang.
Perjalanan Putri Ong Tien ke tanah Jawa berlanjut. Jaman itu perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan sangatlah berbahaya, apalagi untuk seorang perempuan. Namun Putri Ong Tien berhasil melaluinya dan akhirnya bertemu dengan Syarif Hidayatullah, menikah dengannya, memeluk Islam, dan mempelajari Islam dengan lebih mendalam.
Diceritakan, semasa mendampingi Sunang Gunug Jati memimpin Cirebon, Putri Ong Tien diangkat menjadi semacam Menteri Keuangan.
Hingga akhir hayatnya Putri Ong Tien digambarkan sebagai perempuan yang patuh kepada suami sebagai kepala keluarga. Apa yang dikatakan oleh sang suami selalu menjadi kekuatan baginya untuk menghadapi konflik batinnya, termasuk ketika keinginannya untuk memperoleh keturunan tidak dikabulkan oleh Tuhan.
Novel ini sungguh memberikan pengetahuan luas terhadap perkembangan Islam di tanah Jawa. Penulis Winny Gunarti tampak begitu piawai merangkai fakta sejarah dengan kisah interpretatif yang dilukiskannya. Padahal, menyatukan fakta historis dengan pendekatan fiksi sebagaimana dalam novel ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi ia berhasil. (yayat)
Putri Ong Tien
Yayat Suratmo
Published 12/15/2010 - 1:59 a.m. GMT
Bagi masyarakat Islam Jawa, cerita tentang putri Ong Tien sudah dikenal sejak lama. Bahkan makamnya yang bersebelahan dengan makam Sunan Gunung Jati di Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, masih sering diziarahi hingga kini.
Sebagai seorang putri dari negeri yang besar, masuknya Putri Ong Tien ke dalam Islam tak pelak memberi warna tersendiri dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Barat.
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Ong Tien untuk pertama kalinya bertemu dengan Syarif Hidayatullah di istana kerajaan Tiongkok. Ketika itu Syarif Hidayattullah memang sedang berada di Tiongkok. Di sana ia menjadi seorang tabib sekaligus berdakwah menyiarkan Islam.
Karena banyak orang berhasil disembuhkan Syarif Hidayatullah, Kaisar Hong Gie yang tak lain ayah Putri Ong Tien, mengundangnya ke Istana. Dalam perjumpaan pertama itu, Putri Ong Tien langsung kagum akan kepandaian Syarif Hidayatullah.
Maka ketika Syarif Hidayatullah kembali ke tanah Jawa, Putri Ong Tien minta ijin kepada ayahnya untuk menyusul. Kaisar Hong Gie menyetujuinya dan memberikan sejumlah bekal serta tiga pengawal yang salah satunya bernama Pai Li Bang. Pai Li Bang adalah murid Syarif Hidyatullah selama menjadi tabib di Tiongkok.
Sebuah versi menceritakan, bahwa rombongan putri Ong Tien sempat singgah ke kerajaan Sriwijaya. Oleh masyarakat Sriwijaya, Pai Li Bang ini selanjutnya menjadi Adipati. Konon nama Pai Li Bang kemudian menjadi nama Kota Palembang sekarang.
Perjalanan Putri Ong Tien ke tanah Jawa berlanjut. Jaman itu perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan sangatlah berbahaya, apalagi untuk seorang perempuan. Namun Putri Ong Tien berhasil melaluinya dan akhirnya bertemu dengan Syarif Hidayatullah, menikah dengannya, memeluk Islam, dan mempelajari Islam dengan lebih mendalam.
Diceritakan, semasa mendampingi Sunang Gunug Jati memimpin Cirebon, Putri Ong Tien diangkat menjadi semacam Menteri Keuangan.
Hingga akhir hayatnya Putri Ong Tien digambarkan sebagai perempuan yang patuh kepada suami sebagai kepala keluarga. Apa yang dikatakan oleh sang suami selalu menjadi kekuatan baginya untuk menghadapi konflik batinnya, termasuk ketika keinginannya untuk memperoleh keturunan tidak dikabulkan oleh Tuhan.
Novel ini sungguh memberikan pengetahuan luas terhadap perkembangan Islam di tanah Jawa. Penulis Winny Gunarti tampak begitu piawai merangkai fakta sejarah dengan kisah interpretatif yang dilukiskannya. Padahal, menyatukan fakta historis dengan pendekatan fiksi sebagaimana dalam novel ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi ia berhasil. (yayat)
Bagi masyarakat Islam Jawa, cerita tentang putri Ong Tien sudah dikenal sejak lama. Bahkan makamnya yang bersebelahan dengan makam Sunan Gunung Jati di Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, masih sering diziarahi hingga kini.
Sebagai seorang putri dari negeri yang besar, masuknya Putri Ong Tien ke dalam Islam tak pelak memberi warna tersendiri dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Barat.
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Ong Tien untuk pertama kalinya bertemu dengan Syarif Hidayatullah di istana kerajaan Tiongkok. Ketika itu Syarif Hidayattullah memang sedang berada di Tiongkok. Di sana ia menjadi seorang tabib sekaligus berdakwah menyiarkan Islam.
Karena banyak orang berhasil disembuhkan Syarif Hidayatullah, Kaisar Hong Gie yang tak lain ayah Putri Ong Tien, mengundangnya ke Istana. Dalam perjumpaan pertama itu, Putri Ong Tien langsung kagum akan kepandaian Syarif Hidayatullah.
Maka ketika Syarif Hidayatullah kembali ke tanah Jawa, Putri Ong Tien minta ijin kepada ayahnya untuk menyusul. Kaisar Hong Gie menyetujuinya dan memberikan sejumlah bekal serta tiga pengawal yang salah satunya bernama Pai Li Bang. Pai Li Bang adalah murid Syarif Hidyatullah selama menjadi tabib di Tiongkok.
Sebuah versi menceritakan, bahwa rombongan putri Ong Tien sempat singgah ke kerajaan Sriwijaya. Oleh masyarakat Sriwijaya, Pai Li Bang ini selanjutnya menjadi Adipati. Konon nama Pai Li Bang kemudian menjadi nama Kota Palembang sekarang.
Perjalanan Putri Ong Tien ke tanah Jawa berlanjut. Jaman itu perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan sangatlah berbahaya, apalagi untuk seorang perempuan. Namun Putri Ong Tien berhasil melaluinya dan akhirnya bertemu dengan Syarif Hidayatullah, menikah dengannya, memeluk Islam, dan mempelajari Islam dengan lebih mendalam.
Diceritakan, semasa mendampingi Sunang Gunug Jati memimpin Cirebon, Putri Ong Tien diangkat menjadi semacam Menteri Keuangan.
Hingga akhir hayatnya Putri Ong Tien digambarkan sebagai perempuan yang patuh kepada suami sebagai kepala keluarga. Apa yang dikatakan oleh sang suami selalu menjadi kekuatan baginya untuk menghadapi konflik batinnya, termasuk ketika keinginannya untuk memperoleh keturunan tidak dikabulkan oleh Tuhan.
Novel ini sungguh memberikan pengetahuan luas terhadap perkembangan Islam di tanah Jawa. Penulis Winny Gunarti tampak begitu piawai merangkai fakta sejarah dengan kisah interpretatif yang dilukiskannya. Padahal, menyatukan fakta historis dengan pendekatan fiksi sebagaimana dalam novel ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi ia berhasil. (yayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar